Senin, 20 September 2010

Faktor resiko infeksi HIV


Faktor resiko epidemiologis infeksi HIV adalah sebagai berikut :
1.  Mempunyai perilaku seksual beresiko tinggi (sekarang atau di masa lalu) yaitu melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan banyak mitra seksual, dengan mitra seksual yang diketahui HIV/AIDS, dengan mitra seksual dari daerah dengan prevalensi HIV/AIDS tinggi atau kontak sek anal.
2.   Mempunyai riwayat infeksi menular seksual.
3.   Mempunyai riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa tes penapisan.
4.   Mempunyai riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril dan bergantian.
5.   Sebagai pemakai narkotik suntik terutama pemakaian  jarum  bersama  secara bergantian tanpa sterilisasi yang memadai.

Perjalanan infeksi HIV

1. Fase Infeksi Akut
Setelah HIV menginfeksi sel target, terjadi proses replikasi yang menghasilkan virus – virus baru ( virion) yang jumlahnya berjuta – juta virion, Viremia dari begitu banyak virion tersebut memicu munculnya  sindrom infeksi akut. Diperkirakan sekitar 50 – 70 % orang yang terinfeksi HIV mengalami sindrom infeksi akut selama 3 – 6 minggu setelah terinfeksi virus.
2.  Fase infeksi laten
Pada fase ini jarang ditemukan virion di plasma sehingga  jumlah virion di plasma menurun karena sebagian besar virus terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replikasi di kelenjar limfe. Pada fase ini jumlah CD4 menurun hingga sekitar 500 sampai 200 sel/mm3. Individu yang terinfeksi HIV pada fase ini belum menunjukkan gejala klinis (asimptomatis). Fase ini berlangsung rerata sekitar 8-10 tahun (dapat 3 - 13 tahun) setelah terinfeksi HIV.
3. Fase Infeksi kronis
Selama berlangsungnya fase ini, di dalam kelenjar limfe terus terjadi replikasi virus. Fungsi kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan virus dicurahkan ke dalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion secara berlebihan di dalam sirkulasi sistemik. Respon imun tidak mampu meredam jumlah virion yang berlebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena interfensi HIV yang semakin banyak . Terjadi penurunan jumlah CD4 hingga di bawah 200 sel/mm3. Penurunan  ini mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan infeksi semakin progresif yang mendorong kearah AIDS.

Perjalanan Penyakit HIV/AIDS

HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara vertikal, horizontal, dan transeksual(Nasronudin,2007). Jadi HIV dapat mencapai sirkulasi  sistemik secara langsung dengan diperantarai benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak intak seperti yang terjadi pada kontak seksual. Begitu mencapai atau berada dalam sirkulasi sistemik 4 – 11 hari sejak paparan pertama HIV dapat dideteksi didalam darah.
                  Selama dalam sirkulasi sistemik terjadi viremia dengan disertai gejala dan tanda infeksi virus akut seperti panas tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot mual, muntah, sulit tidur, batuk pilek dan lain – lain. Keadaan ini disebut sindrom retroviral akut (Acute Retroviral Syndrome). Sindrom retroviral akut ini diikuti oleh penurunan CD4. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan lekosit (sel darah putih) , terutama sel-sel limfosit. Fungsi CD4  meregulasi sistem imun agar bekerja dengan baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500 sel/mm3. Selain terjadi penurunan CD4, pada masa ini juga terjadi peningkatan kadar HIV- RNA Viral load dalam plasma. Viral load akan meningkat dengan cepat pada awal infeksi dan kemudian turun pada satu titik tertentu. Dengan semakin berlanjutnya infeksi, viral load secara perlahan cenderung terus meningkat. Keadaan tersebut akan diikuti penurunan hitung CD4 secara perlahan dalam waktu beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada kurun waktu 1,5 – 2,5 tahun sebelum akhirnya penderita HIV jatuh dalam stadium AIDS.  Pada fase akhir penyakit akan ditemukan hitung CD4 < 200/mm3, diikuti timbulnya infeksi oportunistik, munculnya kanker tertentu, berat badan menurun secara cepat dan munculnya komplikasi neurologis. Pada penderita HIV tanpa terapi Antiretroviral rata – rata kemampuan bertahan hidup setelah CD4 turun <200/mm3 adalah 3,7 tahun. ( Bartlett & Gallant: 2001-2002 Medical Management of HIV Infection, 2001 dengan modifikasi)

Siklus Hidup HIV

Ada beberapa langkah dalam siklus hidup HIV :
1.   Virus bebas beredar dalam aliran darah.
2.   HIV mengikatkan diri pada sel CD4.
3.   HIV menembus sel dan mengosongkan isinya dalam sel CD4 .
4.   Kode genetik HIV (RNA) dipakai oleh enzim reverse transcriptase
     untuk membentuk DNA HIV.      
5.   DNA HIV dipadukan dengan DNA sel oleh enzim integrase. Dengan pemaduan ini, sel tersebut menjadi terinfeksi HIV.
6.   Waktu sel yang terinfeksi menggandakan diri, DNA HIV diaktifkan, dan membuat bahan baku untuk virus baru.
7.   Kumpulan bahan untuk membuat virus baru dikelompokkan.
8.   Virus yang belum matang mendesak ke luar sel yang terinfeksi dengan proses yang disebut ‘budding (tonjolan)’
9.   Jutaan virus yang belum matang dilepas dari sel yang terinfeksi.
10.  Virus baru menjadi matang: bahan baku dipotong oleh enzim protease dan dirakit menjadi virus yang siap bekerja.

Cara penularan HIV

HIV terdapat di semua cairan tubuh manusia yang terinfeksi virus tersebut. HIV dapat diisolasi dari darah, semen, cairan serviks, cairan vagina, ASI, air liur, serum, urin, air mata, cairan alveoler, dan cairan cerebrospinal. Tetapi hanya virus HIV yang terdapat dalam darah, cairan semen, cairan serviks, cairan vagina,  air dan ASI yang mengandung cukup virus yang dapat menularkan HIV pada orang lain.
Transmisi HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui 3 cara   :
1.   Secara vertikal dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak selama mengandung, persalinan, dan menyusui.
2.   Secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual)     
3.   Secara horizontal yaitu kontak antar darah atau produk darah yang terinfeksi seperti
pemakaian jarum suntik bersama - sama secara bergantian, tato, tindik, tranfusi darah, transplatasi organ, hemodialisa, perawatan gigi).

AIDS adalah

AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome (Project Concern International,1994). AIDS didefinisikan sebagai suatu kumpulan gejala penyakit yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi HIV. Disebut sebagai kumpulan karena gejala yang muncul sebagai akibat menurunnya system kekebalan tubuh ini biasanya lebih dari satu.

HIV adalah

HIV adalah
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang cara kerjanya menyerang sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit (Project Concern International, 1994).  
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit. HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. HIV-1 adalah virus HIV yang pertama kali diidentifikasi oleh Luc Montainer  di Institut Pasteur, Paris, tahun 1983 pada seorang pasien limfadenopati. Karakteristik virus sepenuhnya diketahui oleh Robert Gallo di Washington dan Jay Levy di San Fransisco, tahun 1984. HIV-2, berhasil diisolasi dari pasien Afrika Barat pada tahun 1986.